Berawal dari keputusan itulah
kemudian terbentuk kelompok tari, dengan Nyi Mas Gandasari sebagai penarinya.
Setelah kesenian itu terkenal, akhirnya Pangeran Welang jatuh cinta pada penari
itu, dan menyerahkan pedang Curug Sewu itu sebagai pertanda cintanya. Bersamaan
dengan penyerahan pedang itulah, akhirnya Pangeran Welang kehilangan
kesaktiannya dan kemudian menyerah pada Sunan Gunung Jati. Pangeran itupun
berjanji akan menjadi pengikut setia Sunan Gunung Jati yang ditandai dengan
bergantinya nama Pangeran Welang menjadi Pangeran Graksan. Seiring dengan
berjalannya waktu, tarian inipun kemudian lebih dikenal dengan nama Tari Topeng
dan masih berkembang hingga sekarang.
Dalam tarian ini biasanya sang
penari berganti topeng hingga tiga kali secara simultan, yaitu topeng warna
putih, kemudian biru dan ditutup dengan topeng warna merah. Uniknya, tiap warna
topeng yang dikenakan, gamelan yang ditabuh pun semakin keras sebagai
perlambang dari karakter tokoh yang diperankan. Tarian ini diawali dengan
formasi membungkuk, formasi ini melambangkan penghormatan kepada penonton dan
sekaligus pertanda bahwa tarian akan dimulai. Setelah itu, kaki para penari
digerakkan melangkah maju-mundur yang diiringi dengan rentangan tangan dan
senyuman kepada para penontonnya. Gerakan ini kemudian dilanjutkan dengan
membelakangi penonton dengan menggoyangkan pinggulnya sambil memakai topeng
berwarna putih, topeng ini menyimbolkan bahwa pertunjukan pendahuluan sudah
dimulai. Setelah berputar-putar menggerakkan tubuhnya, kemudian para penari itu
berbalik arah membelakangi para penonton sambil mengganti topeng yang berwarna
putih itu dengan topeng berwarna biru. Proses serupa juga dilakukan ketika
penari berganti topeng yang berwarna merah. Uniknya, seiring dengan pergantian
topeng itu, alunan musik yang mengiringinya maupun gerakan sang penari juga
semakin keras. Puncak alunan musik paling keras terjadi ketika topeng warna
merah dipakai para penari.
Seperti yang saya sebutkan diatas,
masing-masing warna topeng yang dikenakan mewakili karakter tokoh yang
dimainkan, sebut saja misalnya warna putih. Warna ini melambangkan tokoh yang
punya karakter lembut dan alim. Sedangkan topeng warna biru, warna itu menggambarkan
karakter sang ratu yang lincah dan anggun. Kemudian yang terakhir, warna merah
menggambarkan karakter yang berangasan (tempramental) dan tidak sabaran. Dan
busana yang dikenakan penari sendiri adalah biasanya selalu memiliki unsur
warna kuning, hijau dan merah yang terdiri dari toka-toka, apok, kebaya,
sinjang, dan ampreng.
Jika anda berminat untuk
menyaksikan tarian yang dimainkan oleh satu atau beberapa orang penari cantik,
seorang sinden, dan sepuluh orang laki-laki yang memainkan alat musik
pengiring, di antaranya rebab, kecrek, kulanter, ketuk, gendang, gong, dan
bendhe ini, silahkan datang saja ke Cirebon. Tarian ini biasanya akan
dipentaskan ketika ada acara-acara kepemerintahan, hajatan sunatan, perkawinan
maupun acara-acara rakyat lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar